Sejarah Al Ittifaq

Pesantren Al-Ittifaq bermula sebelum era kemerdekaan, Pesantren Al-Ittifaq dirintis oleh KH. Mansyur pada tanggal 1 Februari tahun 1934 (16 Syawal 1302 H), KH. Mansyur memimpin pesantren sampai tahun 1953.

Tiga tahun setelah kondisi negara damai, melalui serah terima kedaulatan Indonesia, pesantren diasuh oleh putranya yang bernama KH. Rifai hingga wafatnya pada tahun 1970. Estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Fuad Affandi. Pada awalnya, pesantren ini hanya memiliki beberapa santri dengan sistem pendidikan tradisional. Namun, seiring waktu, pendiri pesantren melihat bahwa santri dan masyarakat sekitar membutuhkan keterampilan ekonomi agar bisa lebih mandiri. Dari sinilah muncul gagasan untuk memadukan pendidikan agama dengan praktik pertanian dan bisnis berbasis komunitas.  

Pembaharuan yang bersifat revolusioner terjadi saat pesantren berada di bawah pengelolaan KH. Fuad Affandi Didorong keprihatinan KH. Fuad Affandi melihat kondisi masyarakat Ciburial, yang berada di pedalaman dan terbelakang karena menutup diri dari perkembangan dunia luar, KH. Fuad Affandi berinisiatif untuk melakukan beberapa perubahan progresif. Seperti membuat akses Jalan raya dan Sekolah Formal. Itu menjadi langkah awal KH. Fuad Afandi dalam melakukan perubahan, karena beliau berpikir bahwa ekonomi Masyarakat tidak akan maju kalua tidak adanya akses jalan raya, dan beliau tidak mau masyarakat Ciburial itu bodoh dan mendirikannya Sekolah formal itu akan menjadi Solusi.

Dulu tujuan Al Ittifaq Bertani itu hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan para santri, karena mayoritas sntri-santri Al Ittifaq dari latar belakang keluaga kurang mampu. Sampai di tahun  1970 Al Ittifaq mengalami over produksi, oleh karena itu Al Ittifaq mulai menjual hasil panen nya ke pasar pasar tradisional daerah Bandung. Karena kekonsistenan menjual sayuran hasil panen nya ke pasar, tahun 1990an dilirik lah oleh pemerintah setempat dan di sarankan untuk mengirimkan hasil panennya ke Supermarket melalui KUD (Koperasi Unit Desa) Pasirjambu, akhirya Al Ittifaq menjadi supplier KUD Pasir jambu yang di distribusikan lagi ke Supermarket di Jakarta, Tahun 1996 KUD Pasir Jambu bangkrut dan terpaksa Al Ittifaq harus bisa menjadi supplier langsung ke Supermarket, akan tetapi badan hukum Yayasan tidak bisa bekejasama langsung dengan pihak Supermarket, oleh karena itu di buatlah badan hukum Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq.

Pada tahun 1997, Kopontren Al-Ittifaq resmi berdiri sebagai wadah ekonomi berbasis pesantren. Semakin berkembangnya jaringan dan potensi bisnis, koperasi mulai menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk supermarket, hotel, dan restoran di kota-kota besar. Model koperasi Pondok Pesantren ini memungkinkan santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga keterampilan bertani, beternak, hingga manajemen usaha. Dengan pendekatan ini, Kopontren Al-Ittifaq mulai dikenal sebagai model pesantren yang sukses mengelola ekonomi berbasis komunitas.  

Perkembangan Kopontren Al-Ittifaq 

Dengan sistem pertanian terpadu dan distribusi hasil yang profesional, Kopontren Al-Ittifaq semakin berkembang pesat. Beberapa faktor utama yang mendorong keberhasilannya antara lain:  

  • Sistem Pertanian Berkelanjutan

Al-Ittifaq menerapkan prinsip *good agricultural practices (GAP)* yang memastikan hasil pertanian berkualitas tinggi dan memenuhi standar pasar modern.  

  • Diversifikasi Usaha

Selain pertanian, koperasi ini juga mengembangkan usaha peternakan dan pengolahan hasil pertanian.

  • Kemitraan dengan Berbagai Pihak

Kopontren Al-Ittifaq menjalin kerja sama dengan pemerintah, sektor swasta, dan organisasi nasional, sehingga produk-produknya bisa masuk ke pasar lebih luas.  

  • Pelatihan dan Replikasi Model Usaha

Tahun 2021 didirikan Inkubator Wirausaha Alif Learning Center (ALEC) Yang disahkan langsung oleh Bapak. Teten Masduki (Menteri Koperasi & KUMKM), Bapak. Erick Tohir (Menteri BUMN) dan Bapak. Alm. Arifin Panigoro (Wantimpres).Sebagai Lembaga akselerator dalam meningkatkan pengetahuan dan skill bagi para pelaku usaha yang bergerak disektor pertanian

Kopontren Al Ittifaq melalui Inkubator ALEC ditunjuk sebagai tempat pusat pembelajaran bagi Masyarakat , petani, dan pondok pesantren. ( Prof. KH. Ma’ruf Amin) Saat berkunjung ke Kopontren AL Ittifaq.

Presiden Jokowi Apresiasi Manajemen dan Model Bisnis Al Ittifaq

Keberhasilan Kopontren Al-Ittifaq dalam mengelola ekonomi berbasis pesantren tidak luput dari perhatian pemerintah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara langsung mengapresiasi model bisnis yang diterapkan oleh Al-Ittifaq sebagai contoh sukses koperasi pesantren yang mampu menciptakan ekosistem ekonomi berkelanjutan.

Pada tahun 2023, Presiden Jokowi bahkan mengunjungi Kopontren Al-Ittifaq di Ciwidey dan melihat langsung bagaimana sistem pertanian dan distribusi hasilnya bekerja. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyatakan bahwa model Kopontren Al-Ittifaq bisa direplikasi oleh pesantren lain di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren.  

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kagum dengan manajemen pertanian di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ittifaq, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Jokowi mengatakan bisnis pertanian di ponpes berjalan baik dan mampu memenuhi kebutuhan pasar.
“Adanya permintaan market kemudian diproduksi di sekitar ponpes. Dan manajemen, cara mengatur sangat terencana. Kita itu selalu pas, panen raya barang berlimpah,” ujar Jokowi, di Ponpes Al Ittifaq, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Senin (6/3/2023).
Jokowi menilai cara mengelola bisnis di Ponpes Al Ittifaq patut dijadikan contoh bagi ponpes lainnya agar perekonomian pertanian bisa berkembang. “Perencanaan yang dilakukan di Ponpes Al Ittifaq betul-betul sangat baik dan bisa dijadikan role model, bisa jadi model bisnis tinggal di fotokopi saja,” katanya.
Saat ini hasil pertanian dari ponpes Al Ittifaq sudah dipasok ke supermarket yang ada di Indonesia. Jokowi berharap ke depannya ponpes lain bisa meraih hasil serupa.

“Dari Solo kami mengirim melon, mangga, tapi nggak bisa kontinyu, pada suatu saat bisa. Ini nggak bisa dalam bisnis seperti itu. Cabai hijaunya, jeruknya, strawberry, melon, buah pir, wortel, semua sudah terencana dengan baik,” katanya.
“Sekarang ada contohnya (Ponpes Al Ittifaq). Di fotokopi aja 100 persen, dari Riau fotokopi, dari Jawa Timur fotokopi, dari Lampung fotokopi, induknya holdingnya sementara Al Ittifaq,”

Kesimpulan 

Dari sebuah pesantren sederhana di Ciwidey, Al-Ittifaq berkembang menjadi model koperasi pesantren yang sukses secara ekonomi dan sosial. Dengan pendekatan pertanian terpadu, kemitraan strategis, serta pengelolaan koperasi yang profesional, Kopontren Al-Ittifaq menjadi contoh nyata bahwa pesantren dapat berperan sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat.  

Dukungan pemerintah dan apresiasi dari Presiden Jokowi semakin mengukuhkan posisi Kopontren Al-Ittifaq sebagai percontohan bagi koperasi pesantren di seluruh Indonesia. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga pusat inovasi ekonomi yang mampu menciptakan kemandirian dan kesejahteraan bagi masyaraka.

Karya/ Muhamad Sopian_

Open chat
Halo bisa ada yang dibantu?